KEBERHASILAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF PENERIMA MANFAAT (PETANI)
Home About Us
Keberhasilan Penyuluhan Pertanian dalam Perspektif Penerima Manfaat (Petani)
Oleh : Pararto Wicaksono – Widyaiswara BBPP-Batu

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bagi bangsa Indonesia, pertanian bukan hanya sekedar bercocok tanam, menghasilkan bahan pangan. Pertanian sudah menjadi bagian budaya, sekaligus nadi kehidupan sebagian besar masyarakat. Tidak berlebihan dikatakan, maju mundurnya bangsa Indonesia sangat bergantung pada keberhasilan membangun sektor pertanian. Ragam model pendekatan pembangunan pertanian telah mewarnai sejarah pertanian Indonesia. Hampir setiap pergantian masa pemerintahan, umumnya diikuti munculnya ide dan konsep baru pembangunan pertanian. Model BIMAS, Corporate Farming dan Sistem Agribisnis, merupakan contoh pendekatan pembangunan pertanian yang pernah diterapkan.

Arah pembangunan ke depan menuju pada industrialisasi di bidang pertanian melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Hal ini akan bisa diwujudkan dengan lebih dahulu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, terutama masyarakat pertanian, sehingga kesinambungan dan ketangguhan petani dalam pembangunan pertanian bukan saja diukur dari kemampuan petani dalam mengelola usahanya sendiri, tetapi juga ketangguhan dan kemampuan petani dalam mengelola sumberdaya alam secara rasional dan efisien, berpengetahuan, terampil, cakap dalam membaca peluang pasar dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dunia khususnya perubahan dalam pembangunan pertanian. Di sinilah pentingnya penyuluhan pertanian untuk membangun dan menghasilkan SDM yang berkualitas.

Konsep pembangunan yang diterapkan, selalu menekankan pentingya peningkatan kualitas SDM pertanian (petani, pengusaha, birokrat dan teknokrat pertanian), yang merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan pertanian. Penyuluhan pertanian, sebagai bagian integral pembangunan pertanian, merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian lainnya untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya. Karenanya, kegiatan penyuluhan pertanian harus dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya melalui pendekatan partisipatif (Sanusi, 2006).

Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat dilihat dengan indikator banyaknya petani, nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian yang mampu mengelola dan menggerakkan usahanya secara mandiri, ketahanan pangan yang tangguh, tumbuhnya usaha pertanian skala rumah tangga sampai menengah berbasis komoditi unggulan di desa. Selanjutnya usaha tersebut diharapkan dapat berkembang mencapai skala ekonomis. Semua itu berkorelasi pada keberhasilan perbaikan ekonomi masyarakat, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, lebih dari itu akan bermuara pada peningkatan pendapatan daerah.

Sumber Daya Manusia pertanian (petani dan penyuluh) yang berkualitas adalah prasyarat mutlak keberhasilan pembangunan pertanian. Petani/pelaku agribisnis juga aparat penyuluh pertanian merupakan dua pilar pokok dalam pembangunan pertanian terutama pengembangan sistem dan usaha agribisnis. Tinggi rendahnya kualitas SDM akan mempengaruhi efektifitas kegiatan penyuluhan .

Peran petani dalam kegiatan penyuluhan sangat penting diantaranya berpartisipasi dalam program penyuluhan, menjalankan latihan sampai mereka bisa menjalankan tugas baru, memberi saran, melengkapi program, berpartisipasi bersama-sama antara petani, wakil dan agen penyuluhan membuat proposal dan pembagian kerja sehingga masing-masing dapat bekerja secara maksimal.

Petani merupakan unsur bagian dari sistem penyuluhan pertanian, keberadaannya menjadi sama penting dengan unsur lain karena bisa ikut menentukan keberhasilan penyuluhan pertanian. Salah satu peran petani dalam sistem penyuluhan pertanian adalah keikutsertaan (partisipasi) petani dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Santoso et al (2003) melaporkan salahsatu hasil penelitiannya bahwa agar adopsi teknologi dapat berlanjut, maka diperlukan kesadaran dan partisifasi petani. Menurut Wijianto (2008) partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota dalam suatu kegiatan. Menurut Wardojo (1992) sebagai bentuk kegiatan, partisipasi masyarakat dalam pembangunan mencakup partisipasi dalam pembuatan keputusan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, serta pemanfaatan hasil pembangunan. Sehingga perlu diketahui keberhasilan penyuluhan dari presfektif sasaran (petani).

2. Rumusan Masalah

Keberhasilan penyuluhan pertanian dipengaruhi oleh unsur-unsur penunjangnya. Menurut Randu (2010), unsur penyuluhan adalah semua faktor yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan bersifat saling menunjang. Dalam artian, antara faktor yang satu dengan faktor yang lain tidak dapat dipisahkan. Yang termasuk unsur-unsur penyuluhan pertanian, adalah sebagai berikut ; (a) Sumber Penyuluhan Pertanian (Tenaga Penyuluh) (b) Materi Penyuluhan Pertanian (c) Metode Penyuluhan Pertanian (d) sasaran penyuluhan pertanian.

Petani sebagai sasaran penyuluhan menghadapi banyak permasalahan dalam perannya menghasilkan bahan pangan. Permasalahan petani dan pertanian di Indonesia begitu kompleks baik secara makro maupun mikro. Secara makro masalah utama pertanian di Indonesia adalah marginalisasi pertanian, cirinya adalah pertanian kurang memberikan harapan.

Pada tingkat petani masalah petani juga semakin banyak. Masalah tersebut diantaranya: rendahnya pengetahuan/wawasan, rendahnya tingkat keterampilan, kurangnya motivasi, tidak memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi usahatani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan dan conseling berupa penyuluhan dan tidak adanya wahana/tempat petani untuk belajar untuk meningkatkan kemapuan yang dibutuhkannya.

Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka.

Sebagian besar petani kurang memiliki motivasi untuk mengubah perilaku karena perubahan yang diharapkan berbenturan dengan motivasi yang lain. Petani kurang dimotivasi berusaha untuk merubah cara-cara tradisional kearah modernisasi. Atau sifat pertanian yang subsisten kurang diarahkan untuk berorientasi pada pasar.

Sebagian petani kurang memiliki wawasan untuk memperoleh sumber daya yang diperlukan. Masalah ini hampir sama dengan hambatan pengetahuan, petani harus menyadari bahwa setiap anggota masyarakat akan memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi, saling menghargai satu sama lain, saling mengakui hak dan kewajiban, lebih mengedepankan prestasi ketimbang prestige, bertanggung jawab atas kelangsungan hidupnya dan mementingkan aspek-aspek kehidupan bersama (Soedijanto 2005). Kekuasaan petani untuk mengeluarkan pendapat belum diperhatikan. Petani adalah orang yang memiliki status sosial yang rendah, perekonomian yang lemah dan penguasaan tanah yang sangat sempit.

Dari berbagai permasalahan yang dihadapi petani secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberhasilan penyuluhan dalam mencapai tujuannya yaitu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

3. Tujuan

    1. Mengetahui karakteristik penerima manfaat (petani) penyuluhan pertanian.

   2. Mengetahui permasalahan penerima manfaat dan solusinya dalam penyuluhan pertanian.



 BAB III

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Sasaran Penyuluhan (Petani).

Karakteristik adalah merupakan salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan ( Purwato Heri 2000 ).

Karakteristik sasaran penyuluhan sangatlah beragam. Baik beragam mengenai karakteristik individunya, beragam lingkungan fisik dan sosialnya, dan beragam pula kebutuhan-kebutuhannya, motivasi serta tujuan yang diinginkannya. Hal ini harus diketahui oleh penyuluh, agar inovasi yang disampaikan dapat diterima oleh sasaran, sehingga sasaran mau merubah prilaku untuk meningkatkan kesejahteraan. Berikut adalah beberapa karakteristik sasaran penyuluhan ;

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas kepribadian seseorang, semakin tinggi pendidikan semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan (Siagian, 2000). Pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau tindakan. Dengan adanya wawasan petani yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong terjadinya perubahan perilaku. Menurut data statistik tahun 2011, 75 persen tingkat pendidikan petani Indonesia tidak tamat dan tamat SD, 24 persen lulus SMP dan SMA, serta hanya 1 persen lulus perguruan tinggi, hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan petani di Indonesia masih rendah.

b. Umur

Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasan. Umur seseorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam mengelolah usahataninya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berpikir. Makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua. Selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usahataninya.

Secara umum petani tergolong pada umur dewasa, sehingga penyuluhan itu sendiri adalah pendidikan orang dewasa. Ada beberapa prinsip pendidikan orang dewasa yang perlu diperhatikan, antara lain :

a. Orang dewasa mempunyai konsep diri

Orang dewasa menuntut untuk dihargai terutama dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya. Orang dewasa menganggap dirinya mampu hidup mandiri. Oleh karena itu cenderung untuk menghindar, menolak dan merasa tersinggung bila diperlakukan seperti anak-anak. Mereka akan menolak situasi belajar yang menggurui.

b. Orang dewasa kaya akan pengalaman

Makin lanjut usia seseorang, makin banyak pengalaman yang ia miliki, dan semakin berbeda pula pengalamannya dari orang lain.

c. Orang dewasa memiliki masa kesiapan untuk belajar

Ada masa-masa tertentu bagi orang dewasa untuk siap mempelajari sesuatu yang baru. Contohnya, bila seorang dewasa telah belajar menjadi pengrajin, maka kesiapan pertamanya adalah memperoleh pekerjaan menjadi pengrajin. Pada saat itu ia siap untuk belajar sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tetapi bila ia juga mendapat peran yang lain dalam waktu yang bersamaan, mungkin ia belum siap untuk itu. Oleh karena itu maka materi pembelajaran perlu disusun berdasarkan masa kesiapannya.

c. Pendapatan

Pendapatan merupakan nilai balas jasa yang diterima atas kegiatan faktor-faktor produksi yang dimiliki atau dihasilkan (Partadireja, 1973). Masalah yang umum dihadapi petani terutama adalah kurangnya permodalan dan ketidakpastian harga komoditi yang dijualnya yang menyebabkan pendapatan petani tidak signifikan dengan upaya yang dilakukannya. Sulitnya lembaga keuangan untuk memberikan dukungan permodalan bagi petani seringkali menjadikan petani pada posisi sulit dalam mengembangkan usaha taninya. Harga komoditas pertanian yang dibudidayakan petani seringkali jatuh dan berfluktuasi karena diduga adanya permainan harga dari bandar yang memiliki modal kuat (Kostaman, 2005)

d. Budaya

Budaya adalah sebuah warisan sosial mengandung arti bahwa budaya adalah pemberian suatu hasil akumulasi berbagai macam interaksi tatanan sosial dimasa lalu kepada generasi setelahnya untuk kemudian berulang seperti sebuah siklus . Budaya merupakan segala sesuatu yang tercipta atau dilakukan oleh sekumpulan individu disuatu tempat tertentu di masa lalu dan kemudian melalui waktu hingga sampai di masa selanjutnya. Pemberian itu kemudian diulang sebagai sebuah tradisi yang sebagian berasal dari warisan masa lalu oleh generasi sekarang. (Kroeber, 1952).

            Petani sebagian besar masih dipengaruhi oleh yang masih dianut atau dipertahankan, yang berupa tata cara, kebiasaan,tata kelakuan, adat dan hukum.

Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain adalah:

1.Para petani di Indonesia terutama di Jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidup itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan sembunyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa. Bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.

2.Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadang untuk mencapai kedudukannya.

3.Mereka berorientasi pada masa sekarang, kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang mampu untuk itu. Bahkan kadang-kadang ia rindu masa lampau, mengenang kekayaan masa lampau (menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka).

4.Mereka menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib diterima. Mereka cukup dengan menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya.

5.Dan untuk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu pada hakikatnya tergantung kepada sesamanya.



2. Permasalahan Sasaran Penyuluhan dan solusinya

a.Tingkat pendidikan

Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Tugas agen penyuluh adalah meniadakan hambatan tersebut dengan cara menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi. Di sisi lain, petani sebenarnya memiliki pengetahuan berupa kearifan lokal yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Agen penyuluh dapat memberikan bantuan berupa pemberian informasi yang memadai yang bersifat teknis mengenai masalah yang dibutuhkan petani dan menunjukkan cara penanggulanganya. Selama penyuluh belum mampu memberikan informasi yang dibutuhkan petani tersebut, maka kegiatan penyuluhan tidak akan berjalan dengan baik (Sabetghadam 2003:1)

            Solusi yang dilakukan untuk dapat meningkatkan pengetahuan petani adalah sebagai berikut :

Mengelola pertemuan-pertemuan dan kursus-kursus tempat agen penyuluhan, pengajar dan peneliti mendiskusikan penemuan penelitian dan pengalaman-pengalaman bersama petani.
Mengelola kelompok-kelompok belajar tempat petani bertukar pengalaman dan mengadakan eksperimen, seringkali dengan bantuan agen penyuluhan dan peneliti.
Memperkerjakan agen penyuluhan
Mengelola karang taruna usaha tani tempat pemuda-pemudi mempelajari keterampilan-ketrampilan manajerial dan professional, terutama pengalaman- pengalaman yang memberikan sumbangan bagi perkembangan budaya mereka.
Menerbitkan jurnal usaha tani dan publikasi lain guna memberikan informasi yang dibutuhkan petani.
Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997), bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan mnyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan itu. Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan. Dengan demikian petani yang mempunyai wawasan positif terhadap penyuluhan pertanian, maka dapat mendorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan.

Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan sasaran diperlukan penyediaan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi. Di sisi lain, petani sebenarnya memiliki pengetahuan berupa kearifan lokal yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Agen penyuluh dapat memberikan bantuan berupa pemberian informasi yang memadai yang bersifat teknis mengenai masalah yang dibutuhkan petani dan menunjukkan cara penanggulanganya. Selama penyuluh belum mampu memberikan informasi yang dibutuhkan petani tersebut, maka kegiatan penyuluhan tidak akan berjalan dengan baik (Sabetghadam 2003:1)

b. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motive dan action, artinya bagaimana membuat orang untuk berusaha. Sebagian besar petani kurang memiliki motivasi untuk mengubah perilaku karena perubahan yang diharapkan berbenturan dengan motivasi yang lain. Kadang-kadang penyuluhan dapat mengatasi hal demikian dengan membantu petani mempertimbangkan kembali motivasi mereka. Petani kurang dimotivasi berusaha untuk merubah cara-cara tradisional kearah modernisasi. Atau sifat pertanian yang subsistem kurang diarahkan untuk berorientasi pada pasar. Selama petani belum dimotivasi, maka akan menjadi masalah (Heryanti Suryantini 2003:36).

Mardikanto (1996), menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh status sosial ekonomi petani dan persepsi petani terhadap inovasi

            Solusi yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi petani adalah dengan cara meningkatkan rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya, dan PPL harus memahami perilaku petani, apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya. Kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani (Assagaf, 2004).

c. Budaya

Masalah budaya yang ada dimasyarakat petani adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan. Penyuluhan sebagai salah satu proses pendidikan kurang mendapatkan respon, sehingga petani dalam kurang berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan . Beberapa ahli berpendapat bahwa pada kalangan petani disinyalir ada suatu cara berpikir dan mentalitas yang hidup dan bersifat religio-magis, hal ini yang menyebabkan petani menjadi tertutup terhadap inovasi yang diberikan dalam proses penyuluhan.

          Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan secara individu, melakukan metode demonstrasi, serta menggunakan media penyuluhan yang menarik dan mudah dipahami oleh sasaran (petani).



BAB IV

KESIMPULAN



1. Karakteristik sasaran penyuluhan secara umum :

  a. Tingkat pendidikan rendah

  b. Usia Dewasa

  c. Pendapatan rendah

2. Permasalahan petani dalam penyuluhan pertanian ;

   a. Tingkat pendidikan rendah, pengetahuan kurang

   b. Motivasi sasaran rendah, sehingga kurang berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan.

   c. Masih memegang kuat budaya yang diwariskan dari nenek moyang.

3. Solusi untuk mengatasi permasalahan petani dalam penyuluhan diantaranya :

   a. Menyediakan akses informasi

   b. Mengadakan pelatihan

   c. Meningkatkan rasa percaya diri sasaran

   d. Kebijakan berorientasi pada keuntungan petani

   e. Melakukan pendekatan secara indivindu

   f. Melakukan metode demonstrasi

   g. Menggunakan media yang menarik



|
DAFTAR PUSTAKA

 Assagaf, D. 2004. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani (Analisis Manfaat dan Biaya serta Risiko). Terdapat pada http://www.rudyct.com/ PPS702-ipb/09145/djadid_assagaf.pdf. Diakses Pada Tanggal 30 Februari 2010.

 Kastaman,Roni. 2005. Upaya peningkatan Pendapatan Petani yang Maksimal Melalui Pengaturan Pola pemilihan Komoditas Model Sinergi (Syudi Kasus di Kecamatan Cibiru Kota Bandung). Tesis. UNPAD.Bandung

 Kroeber.1952. Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions. Publisher: Vintage Books. Place of Publication: New York. Publication Year: 1952. Page Number: 89

 Mardikanto, T. 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.

 Partadiredja, Ace. 1973. Perhitungan pendapatan Nasional. LP3ES. Jakarta

 Santoso et al. 2003. Kajian Adopsi Dan Dampak Teknologi Sistem Usaha Pertanian Padi-Udang Windu Di Lahan Sawah Tambak Kabupaten Lamongan. Balai Pengkajian Teknologi Jawa Timur.

 Sabetghadam, Ahmad. 2003. ”Indigenous knowledge: Implications for the theory and practice of agricultural education and extension” Agricultural Education Journal No. AAT NQ88041; [Jurnal On-Line]; Diperoleh dari: http://proquest.umi.com

 Wardojo. 1992. Pendekatan Penyuluhan Pertanian Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Dalam Penyuluhan Pembangunan Di Indonesia

 Wijianto. 2008. Hubungan Antara Peranan Penyuluh Dengan Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Kelompok Tani Di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Dalam Jurnal Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian [AGRITEXTS] XXIV, 24 Desember 2008. UNS. Surakarta.

Pararto Wicaksono – Widyaiswara BBPP-Batu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEGMENTING - TARGETING - POSITIONING (STP) DALAM PEMASARAN

Materi Lockdown [Konjoin-Jalur-Time Series] MKB2