RANCANG BANGUN OTOMATISASI MESIN PENETAS TELUR
SISTEM TURNING BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328
Arief Budi Laksono 1)
, Affan Bachri2)
, Sukin 3)
1)Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
2)Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
3)Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
email : shucinlaw@gmail.com, ariefbudila@gmail.com, avanbe@gmail.com
ABSTRAK
Aplikasi pengendalian suhu sudah banyak ditemui di berbagai bidang,contohnya yaitu pada
bidang peternakan. Pengendalian suhu tersebut dipakai untuk menetaskan telur ayam. Menetasakan
telur ayam dalam waktu bersamaan secara alami tentu sangat sulit karena keterbatasan kemampuan
induk ayam dalam mengerami telurnya. Ayam hanya mampu mengerami telurnya maksimal 10 butir.
Berdasarkan masalah tersebut, maka pada tugas akhir ini kami membuat mesin penetas telur ayam
dengan sistem turning berbasis mikrokontroler Atmega 328.
Penggunaan mikrokontroler dengan rak pemutar telur (turning) ini diharapkan mampu
mengendalikan suhu yang diperlukan telur agar dapat menetas dengan baik yaitu sekitar 38 C
sampai 40 C, sehingga bisa didapatkan telur ayam dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan
sehingga persentase keberhasilannya 88 % telur menetas dengan baik.
Kata Kunci : Mikrokontroler, Turning, Atmega328.
PENDAHULUAN
Dalam bidang peternakan khususnya
dalam peternakan ayam, masalah yang
dihadapi adalah bagaimana untuk menetaskan
telur ayam dalam jumlah banyak dan dalam
waktu yang bersamaan. Karena kemampuan
induk ayam dalam mengerami telurnya
terbatas, yaitu maksimal 10 butir telur tiap
induk ayam. Ini menjadi masalah yang serius
karena kebutuhan daging dan telur ayam di
pasar yang sangat banyak.
Pada prinsipnya untuk menetaskan telur
ayam hanya menjaga suhu pada telur tersebut
agar stabil sesuai yang dibutuhkan telur agar
bisa menetas. karena cepat tidaknya telur yang
menetas di pengaruhi oleh kesetabilan
temperatur (Bambang, 1988: 78). Embrio akan
berkembang bila suhu udara di sekitar telur
minimal 70o F (21,11o C) namun
perkembangan ini sangat lambat. Di bawah
suhu udara ini praktis embrio tidak mengalami
perkembangan, sehingga penyimpanan telur
tetas sebaiknya sama atau dibawah suhu
tersebut. Suhu yang baik untuk pertumbuhan
embrio adalah berkisar diantara 36o C – 38o C.
Maka untuk menggantikan induk ayam dalam
menetaskan telurnya, dibuatlah mesin penetas
telur ayam.
Rumusan Masalah
1.Bagaimana caranya agar suhu dalam mesin
tersebut terjaga konstan agar telur tersebut bisa
menetas dengan baik sesuai set point yaitu
36,6 °C sampai 37,4 °C ?
2.Bagaimana caranya agar rak telur dapat
berputar sesuai waktu yang telah ditentukan ?
Tujuan Penelitian
1 .Untuk mengontrol suhu dalam mesin
penetasan telur sesuai dengan set point yaitu
36,6 °C sampai 37.4 °C
2. Agar rak bisa berputar secara otomatis
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam proyek akhir ini
adalah :
1. Untuk percobaan menggunakan telur ayam
sebanyak 15 butir.
2. Tidak mebahas sumber listrik cadangan
(UPS).
3.Dalam proyek akhir ini tidak membahas
tentang otomatis kelembaban atau Humidity.
Dan untuk menjaga kelembaban di dalam
mesin, di bagian bawah rak telur di beri bak
yang berisi air.
LANDASAN TEORI
Penetas Telor
Sebutir telur ayam yang siap ditetaskan,
memiliki komposisi kimia yang mengandung
sekitar 69% air; 1,2% karbohidrat; 1,0%
mineral, dan sisanya vitamin. Dari komposisi
lengkap telur bertunas, lemak banyak terdapat
pada kuning telur, selain mineral dan vitamin.
Sedangkan putih telur merupakan sumber
protein dan beberapa jenis mineral, tetapi
kandungan karbohidrat sangat sedikit, kecuali
mineral seperti Calsium, Fosfor, Magnesium,
Klorium, Potasium, dan lain-lain.
Kuning telur dan putih telur dipisahkan
oleh selaput Vitiline yang mempertahankan
kuning telur mempengaruhi sekresi puti telur
sehingga semakin besar kuning telur, semakin
besar pula sekresi putih telur. Chalaza yang
merupakan tali terpilin dan bisa berputar-putar
berfungsi untuk menjaga agar kuning telur
tetap di tengah.
Gambar 1 Alat penetas telur dengan
minyak tanyah
Sistem Mesin Penetas Telor
Penetasan telur ayam menjadi popular
di tingkat peternak kecil dan menengah dan
bahkan di tingkat rumah tangga untuk
dijadikan jenis petelur, pedaging atau untuk
menghasilkan unggas-unggas yang cantik
untuk dipelihara sebagai binatang piaraan,
terutama untuk jenis ayam kampung. Karena
ayam kampung dikenal sebagai ayam yang
memiliki resistansi (ketahanan tubuh) yang
lebih kuat dari pada ayam-ayam yang lain
disamping itu rasa daging ayam kampong jauh
lebih nikmat daripada ayam pedaging pada
umumnya. Akan tetapi, para peternak sampai
saat ini masih banyak yang menggantungkan
untuk mendapatkan bibit ayam yang
berkualitas dari hasil persilangan telur-telur
galur unggul dan murni dari breeder
(perusahaan penetasan telur) besar.
Suhu (Temperatur)
Semakin panas suatu benda maka
semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu
menyatakan panas atau dinginnya sesuatu.
(Sears dan Zemansky, 1991:354). Karena suhu
merupakan hal yang sangat berpengaruh pada
proses penetasan. Menetas tidaknya telur
dengan sempurna sangat ditentukan dari suhu
yang diatur atau di setting. Temperatur yang
berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan
dalam proses penetasan.
Kelembaban Udara
Humidity ( kelembaban) adalah suatu
kelembaban uap air yang terkandung dalam
udara. Standard untuk kelembaban relatif
(relatif humidity) untuk mesin incubator
“penetas” atau periode 18 hari pertama harus
dijaga pada 50–55 %. Dan 3 pada hari ke 19–
21 sebelum penetasan, kelembaban udara
harus dinaikkan menjadi 60-65%. Kelembaban
yang rendah menyebabkan anak ayam sulit
memecah kulit telur karena lapisannya
menjadi keras dan berakibat anak ayam
melekat/lengket di selaput bagian dalam telur
dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan anak ayam didalam
telur jug sulit untuk memecah kulit telur.
Mikrokontroler ATMega 328
Mikrokontroler adalah sebuah sistem
komputer fungsional dalam sebuah chip.
Didalamnya terkandung sebuah inti prosesor,
memori (sejumlah kecil RAM, memori
program, atau keduanya), dan perlengkapan
input output.
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin ATMega 328
Pemutaran Telur (egg turning)
Pemutaran telur pada proses penetasan
sangatlah berpengaruh dan sangatlah penting.
Selama telur ada di dalam mesin tetas harus di
putar 45 derajat minimal 6 jam sekali untuk
menjaga agar embrio tidak menempel pada
kulit telur. Arah pemutaran telur dalam mesin
tetas harus searah.
Sensor LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen
elektronika yang memiliki fungsi untuk
mengubah besaran suhu menjadi besaran
listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu
LM35 yang dipakai dalam penelitian ini
berupa komponen elektronika elektronika yang
diproduksi oleh National Semiconductor.
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan
kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga
mempunyai keluaran impedansi yang rendah
dan linieritas yang tinggi sehingga dapat
dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian
kendali khusus serta tidak memerlukan
penyetelan lanjutan.
Pemanas heater
Pemanas (heater) adalah suatu bahan
yang mampu menghasilkan energy panas bila
diberi tegangan bolak balik. Bahan-bahan yang
paling banyak digunakan untuk pembuatan
elemen pemanas listrik terdiri dari campuran
krom +nikel, krom + nikel + besi, krom +
nikel + alumunium.Tapi Untuk pemanas
mesin incubator ini menggunakan 2 buah
lampu dengan total daya 50 Watt dengan
masing-masing lampu berdaya 25 Watt yang
dimaksudkan agar keadaan temperatur dalam
inkubator bersifat homogen (merata) sehingga
pemanasan telur akan sama pada semua
daerah.
Metodologi Penelitian
Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan di bulan
April 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.
Pelaksanaan penelitian dan pembuatan mesin
penetas telur sistem turning berbasis
Mikrokontroler Atmega328 ini dilakukan di
rumah peneliti. Yang beralamat di desa
Moronyamplung, kecamatan Kembangbahu,
Kabupaten Lamongan.
Alat Dan Bahan Penelitian
Berikut menjelaskan alat dan bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk merancang dan
membuat mesin penetas telur sistem turning
berbasis Mikrokontroler Atmega328. Alat dan
bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1. Kotak Persegi Panjang (Inkubator) Papan
triplek dengan tebal 2 cm digunakan
sebagai kotak penetas telur. kotak tersebut
terdiri dari tiga bagian, yang pertama kotak
pemanas.
2. Multitester
3. ATmega328 Peneliti menggunakan
Atmega328 karena mempunyai 32 KB
Flash memory, lebih besar kapasitas
memory dari pada ATmega8.
4. LCD 16x2 Berfungsi sebagai tampilan
temperatur pada mesin penetas telur system
turning berbasis Mikrokontroler
Atmega328.
5. Motor AC
6. Sensor LM35
7. Lampu Heater
8. Power supply
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Alat
Secara umum, pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah alat yang dibuat
dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi
perencanaan yang telah ditentukan. Pengujian
dilakukan untuk mengatahui kerja perangkat
keras pada masing-masing blok rangkaian
penyusun sistem, dalam bab ini akan di bahas
tentang pungujian alat dan analisa alat,
pungujian ini meliputi:
Pengujian per blok, meliputi pengujian
Power Supply,Motor AC, Heater
(lampu), Kipas, Sensor LM35, LCD.
Pengujian hasil dari penetasan telur.
1.2 Pengujian Hasil PenetasTelur
Dari hasil beberapa kali percobaan baik
secara manual maupun otomatis, mesin
penetas telur ini sudah cukup bagus karena
memiliki tingkat keberhasilan penetasan diatas
75%. Pada tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah
telur yang menetas adalah 78.18% dari 15 telur
pada percobaan penetasan secara manual
pertama.
Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
Pengujian sistem secara keseluruhan ini
dilakukan dengan menggabungkan semua
peralatan ke dalam sebuah sistem yang
terintegrasi. Tujuannya untuk mengetahui
bahwa rangkaian yang dirancang telah bekerja
sesuai yang diharapkan. Dari hasil pengujian
selama proses dari awal penetasan sampai telur
menetas ternyata kondisi peralatan masih tetap
normal dan tidak terjadi gangguan yang
berarti, sehingga mesin penetas telur ini sudah
siap untuk diaplikasikan dalam penetasan
secara otomatis yang sesuai harapan.
V Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang
Rancang Bangun Otomatisasi Mesin Penetas
Telur Sistem Turning Berbasis Mikrokontroler
Atmega 328 yang telah diuraikan di atas maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Motor AC bekerja dengan baik sesuai
waktu yang diinginkan tanpa ada kendala
yaitu memutar rak turning dengan
kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam
sekali.
2. Alat dapat bekerja sebagai pengontrol suhu
dan kelembaban udara. Dimana sensor suhu
LM35 mendeteksi dengan baik adanya
temperatur yang masuk pada inkubator
sesuai yang di inginkan yaitu 36,6 °C s/d
37,4 °C. Pada saat suhu di bawah setting
point lampu menyala sebagai penghasil
panas dalam kotak inkubator. Sedangkan
pada saat suhu melebihi setting point
maksimal lampu mati dan kipas tetap hidup
sampai setting point maksimal terpenuhi.
Motor AC bekerja dengan baik sesuai
waktu yang diinginkan tanpa ada kendala
yaitu memutar rak turning dengan
kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam
sekali.
5.2 Saran
Dari alat yang telah dibuat pada tugas
akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan
serta perlu pengembangan agar nantinya alat
penetasan telur ini dapat dipelajari lebih baik,
baik secara teoritis dan praktis. Adapun
perbaikan-perbaikan dan pengembangan yang
perlu dilakukan:
1.Sensor suhu ditambah 2 lagi menjadi 3 agar
dapat membaca suhu lebih merata.
2.Mendesain kotak penetas menggunakan
bahan yang tahan terhadap panas dan dapat
mempertahankan suhu dan kelembaban yang
standar di dalam boks.
3.Menggunakan aki dan sistem UPS sebagai
baterai cadangan bila ada listrik mati.
4.Menggunakan mesin Spraiyerr atau pompa
air sebagai sistem otomatis kelembaban agar
kelembaban terjaga dengan sempurna sesuai
dengan set point.
Daftar Pustaka
[1] Jauhari, nurdin, Edge Linking Detection
dan Perbandingan dari 3 Metodenya,
http://ahtovicblogs.blog.ugm.ac.id/?p=80,
17 Maret 2011 20.25
[2] Jose, Stephane, Why Should I Care About
SQL Server,
http://blog.iweb.com/en/2010/06/whyshould-i-care-about-sql-server/4772.html,
17 Maret 2011 19.30
[3] M. Gokhale and P.S. Graham,
Reconfigurable Computing, Springer,
2005.
[4] T. Callahan, J. Hauser, and J.
Wawrzynek, “The Garp Architecture and
C Compiler,” Computer, vol. 33, no. 4,
pp. 62-69, 2000
SISTEM TURNING BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328
Arief Budi Laksono 1)
, Affan Bachri2)
, Sukin 3)
1)Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
2)Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
3)Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
email : shucinlaw@gmail.com, ariefbudila@gmail.com, avanbe@gmail.com
ABSTRAK
Aplikasi pengendalian suhu sudah banyak ditemui di berbagai bidang,contohnya yaitu pada
bidang peternakan. Pengendalian suhu tersebut dipakai untuk menetaskan telur ayam. Menetasakan
telur ayam dalam waktu bersamaan secara alami tentu sangat sulit karena keterbatasan kemampuan
induk ayam dalam mengerami telurnya. Ayam hanya mampu mengerami telurnya maksimal 10 butir.
Berdasarkan masalah tersebut, maka pada tugas akhir ini kami membuat mesin penetas telur ayam
dengan sistem turning berbasis mikrokontroler Atmega 328.
Penggunaan mikrokontroler dengan rak pemutar telur (turning) ini diharapkan mampu
mengendalikan suhu yang diperlukan telur agar dapat menetas dengan baik yaitu sekitar 38 C
sampai 40 C, sehingga bisa didapatkan telur ayam dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan
sehingga persentase keberhasilannya 88 % telur menetas dengan baik.
Kata Kunci : Mikrokontroler, Turning, Atmega328.
PENDAHULUAN
Dalam bidang peternakan khususnya
dalam peternakan ayam, masalah yang
dihadapi adalah bagaimana untuk menetaskan
telur ayam dalam jumlah banyak dan dalam
waktu yang bersamaan. Karena kemampuan
induk ayam dalam mengerami telurnya
terbatas, yaitu maksimal 10 butir telur tiap
induk ayam. Ini menjadi masalah yang serius
karena kebutuhan daging dan telur ayam di
pasar yang sangat banyak.
Pada prinsipnya untuk menetaskan telur
ayam hanya menjaga suhu pada telur tersebut
agar stabil sesuai yang dibutuhkan telur agar
bisa menetas. karena cepat tidaknya telur yang
menetas di pengaruhi oleh kesetabilan
temperatur (Bambang, 1988: 78). Embrio akan
berkembang bila suhu udara di sekitar telur
minimal 70o F (21,11o C) namun
perkembangan ini sangat lambat. Di bawah
suhu udara ini praktis embrio tidak mengalami
perkembangan, sehingga penyimpanan telur
tetas sebaiknya sama atau dibawah suhu
tersebut. Suhu yang baik untuk pertumbuhan
embrio adalah berkisar diantara 36o C – 38o C.
Maka untuk menggantikan induk ayam dalam
menetaskan telurnya, dibuatlah mesin penetas
telur ayam.
Rumusan Masalah
1.Bagaimana caranya agar suhu dalam mesin
tersebut terjaga konstan agar telur tersebut bisa
menetas dengan baik sesuai set point yaitu
36,6 °C sampai 37,4 °C ?
2.Bagaimana caranya agar rak telur dapat
berputar sesuai waktu yang telah ditentukan ?
Tujuan Penelitian
1 .Untuk mengontrol suhu dalam mesin
penetasan telur sesuai dengan set point yaitu
36,6 °C sampai 37.4 °C
2. Agar rak bisa berputar secara otomatis
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam proyek akhir ini
adalah :
1. Untuk percobaan menggunakan telur ayam
sebanyak 15 butir.
2. Tidak mebahas sumber listrik cadangan
(UPS).
3.Dalam proyek akhir ini tidak membahas
tentang otomatis kelembaban atau Humidity.
Dan untuk menjaga kelembaban di dalam
mesin, di bagian bawah rak telur di beri bak
yang berisi air.
LANDASAN TEORI
Penetas Telor
Sebutir telur ayam yang siap ditetaskan,
memiliki komposisi kimia yang mengandung
sekitar 69% air; 1,2% karbohidrat; 1,0%
mineral, dan sisanya vitamin. Dari komposisi
lengkap telur bertunas, lemak banyak terdapat
pada kuning telur, selain mineral dan vitamin.
Sedangkan putih telur merupakan sumber
protein dan beberapa jenis mineral, tetapi
kandungan karbohidrat sangat sedikit, kecuali
mineral seperti Calsium, Fosfor, Magnesium,
Klorium, Potasium, dan lain-lain.
Kuning telur dan putih telur dipisahkan
oleh selaput Vitiline yang mempertahankan
kuning telur mempengaruhi sekresi puti telur
sehingga semakin besar kuning telur, semakin
besar pula sekresi putih telur. Chalaza yang
merupakan tali terpilin dan bisa berputar-putar
berfungsi untuk menjaga agar kuning telur
tetap di tengah.
Gambar 1 Alat penetas telur dengan
minyak tanyah
Sistem Mesin Penetas Telor
Penetasan telur ayam menjadi popular
di tingkat peternak kecil dan menengah dan
bahkan di tingkat rumah tangga untuk
dijadikan jenis petelur, pedaging atau untuk
menghasilkan unggas-unggas yang cantik
untuk dipelihara sebagai binatang piaraan,
terutama untuk jenis ayam kampung. Karena
ayam kampung dikenal sebagai ayam yang
memiliki resistansi (ketahanan tubuh) yang
lebih kuat dari pada ayam-ayam yang lain
disamping itu rasa daging ayam kampong jauh
lebih nikmat daripada ayam pedaging pada
umumnya. Akan tetapi, para peternak sampai
saat ini masih banyak yang menggantungkan
untuk mendapatkan bibit ayam yang
berkualitas dari hasil persilangan telur-telur
galur unggul dan murni dari breeder
(perusahaan penetasan telur) besar.
Suhu (Temperatur)
Semakin panas suatu benda maka
semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu
menyatakan panas atau dinginnya sesuatu.
(Sears dan Zemansky, 1991:354). Karena suhu
merupakan hal yang sangat berpengaruh pada
proses penetasan. Menetas tidaknya telur
dengan sempurna sangat ditentukan dari suhu
yang diatur atau di setting. Temperatur yang
berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan
dalam proses penetasan.
Kelembaban Udara
Humidity ( kelembaban) adalah suatu
kelembaban uap air yang terkandung dalam
udara. Standard untuk kelembaban relatif
(relatif humidity) untuk mesin incubator
“penetas” atau periode 18 hari pertama harus
dijaga pada 50–55 %. Dan 3 pada hari ke 19–
21 sebelum penetasan, kelembaban udara
harus dinaikkan menjadi 60-65%. Kelembaban
yang rendah menyebabkan anak ayam sulit
memecah kulit telur karena lapisannya
menjadi keras dan berakibat anak ayam
melekat/lengket di selaput bagian dalam telur
dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan anak ayam didalam
telur jug sulit untuk memecah kulit telur.
Mikrokontroler ATMega 328
Mikrokontroler adalah sebuah sistem
komputer fungsional dalam sebuah chip.
Didalamnya terkandung sebuah inti prosesor,
memori (sejumlah kecil RAM, memori
program, atau keduanya), dan perlengkapan
input output.
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin ATMega 328
Pemutaran Telur (egg turning)
Pemutaran telur pada proses penetasan
sangatlah berpengaruh dan sangatlah penting.
Selama telur ada di dalam mesin tetas harus di
putar 45 derajat minimal 6 jam sekali untuk
menjaga agar embrio tidak menempel pada
kulit telur. Arah pemutaran telur dalam mesin
tetas harus searah.
Sensor LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen
elektronika yang memiliki fungsi untuk
mengubah besaran suhu menjadi besaran
listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu
LM35 yang dipakai dalam penelitian ini
berupa komponen elektronika elektronika yang
diproduksi oleh National Semiconductor.
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan
kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga
mempunyai keluaran impedansi yang rendah
dan linieritas yang tinggi sehingga dapat
dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian
kendali khusus serta tidak memerlukan
penyetelan lanjutan.
Pemanas heater
Pemanas (heater) adalah suatu bahan
yang mampu menghasilkan energy panas bila
diberi tegangan bolak balik. Bahan-bahan yang
paling banyak digunakan untuk pembuatan
elemen pemanas listrik terdiri dari campuran
krom +nikel, krom + nikel + besi, krom +
nikel + alumunium.Tapi Untuk pemanas
mesin incubator ini menggunakan 2 buah
lampu dengan total daya 50 Watt dengan
masing-masing lampu berdaya 25 Watt yang
dimaksudkan agar keadaan temperatur dalam
inkubator bersifat homogen (merata) sehingga
pemanasan telur akan sama pada semua
daerah.
Metodologi Penelitian
Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan di bulan
April 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.
Pelaksanaan penelitian dan pembuatan mesin
penetas telur sistem turning berbasis
Mikrokontroler Atmega328 ini dilakukan di
rumah peneliti. Yang beralamat di desa
Moronyamplung, kecamatan Kembangbahu,
Kabupaten Lamongan.
Alat Dan Bahan Penelitian
Berikut menjelaskan alat dan bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk merancang dan
membuat mesin penetas telur sistem turning
berbasis Mikrokontroler Atmega328. Alat dan
bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1. Kotak Persegi Panjang (Inkubator) Papan
triplek dengan tebal 2 cm digunakan
sebagai kotak penetas telur. kotak tersebut
terdiri dari tiga bagian, yang pertama kotak
pemanas.
2. Multitester
3. ATmega328 Peneliti menggunakan
Atmega328 karena mempunyai 32 KB
Flash memory, lebih besar kapasitas
memory dari pada ATmega8.
4. LCD 16x2 Berfungsi sebagai tampilan
temperatur pada mesin penetas telur system
turning berbasis Mikrokontroler
Atmega328.
5. Motor AC
6. Sensor LM35
7. Lampu Heater
8. Power supply
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Alat
Secara umum, pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah alat yang dibuat
dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi
perencanaan yang telah ditentukan. Pengujian
dilakukan untuk mengatahui kerja perangkat
keras pada masing-masing blok rangkaian
penyusun sistem, dalam bab ini akan di bahas
tentang pungujian alat dan analisa alat,
pungujian ini meliputi:
Pengujian per blok, meliputi pengujian
Power Supply,Motor AC, Heater
(lampu), Kipas, Sensor LM35, LCD.
Pengujian hasil dari penetasan telur.
1.2 Pengujian Hasil PenetasTelur
Dari hasil beberapa kali percobaan baik
secara manual maupun otomatis, mesin
penetas telur ini sudah cukup bagus karena
memiliki tingkat keberhasilan penetasan diatas
75%. Pada tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah
telur yang menetas adalah 78.18% dari 15 telur
pada percobaan penetasan secara manual
pertama.
Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
Pengujian sistem secara keseluruhan ini
dilakukan dengan menggabungkan semua
peralatan ke dalam sebuah sistem yang
terintegrasi. Tujuannya untuk mengetahui
bahwa rangkaian yang dirancang telah bekerja
sesuai yang diharapkan. Dari hasil pengujian
selama proses dari awal penetasan sampai telur
menetas ternyata kondisi peralatan masih tetap
normal dan tidak terjadi gangguan yang
berarti, sehingga mesin penetas telur ini sudah
siap untuk diaplikasikan dalam penetasan
secara otomatis yang sesuai harapan.
V Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang
Rancang Bangun Otomatisasi Mesin Penetas
Telur Sistem Turning Berbasis Mikrokontroler
Atmega 328 yang telah diuraikan di atas maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Motor AC bekerja dengan baik sesuai
waktu yang diinginkan tanpa ada kendala
yaitu memutar rak turning dengan
kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam
sekali.
2. Alat dapat bekerja sebagai pengontrol suhu
dan kelembaban udara. Dimana sensor suhu
LM35 mendeteksi dengan baik adanya
temperatur yang masuk pada inkubator
sesuai yang di inginkan yaitu 36,6 °C s/d
37,4 °C. Pada saat suhu di bawah setting
point lampu menyala sebagai penghasil
panas dalam kotak inkubator. Sedangkan
pada saat suhu melebihi setting point
maksimal lampu mati dan kipas tetap hidup
sampai setting point maksimal terpenuhi.
Motor AC bekerja dengan baik sesuai
waktu yang diinginkan tanpa ada kendala
yaitu memutar rak turning dengan
kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam
sekali.
5.2 Saran
Dari alat yang telah dibuat pada tugas
akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan
serta perlu pengembangan agar nantinya alat
penetasan telur ini dapat dipelajari lebih baik,
baik secara teoritis dan praktis. Adapun
perbaikan-perbaikan dan pengembangan yang
perlu dilakukan:
1.Sensor suhu ditambah 2 lagi menjadi 3 agar
dapat membaca suhu lebih merata.
2.Mendesain kotak penetas menggunakan
bahan yang tahan terhadap panas dan dapat
mempertahankan suhu dan kelembaban yang
standar di dalam boks.
3.Menggunakan aki dan sistem UPS sebagai
baterai cadangan bila ada listrik mati.
4.Menggunakan mesin Spraiyerr atau pompa
air sebagai sistem otomatis kelembaban agar
kelembaban terjaga dengan sempurna sesuai
dengan set point.
Daftar Pustaka
[1] Jauhari, nurdin, Edge Linking Detection
dan Perbandingan dari 3 Metodenya,
http://ahtovicblogs.blog.ugm.ac.id/?p=80,
17 Maret 2011 20.25
[2] Jose, Stephane, Why Should I Care About
SQL Server,
http://blog.iweb.com/en/2010/06/whyshould-i-care-about-sql-server/4772.html,
17 Maret 2011 19.30
[3] M. Gokhale and P.S. Graham,
Reconfigurable Computing, Springer,
2005.
[4] T. Callahan, J. Hauser, and J.
Wawrzynek, “The Garp Architecture and
C Compiler,” Computer, vol. 33, no. 4,
pp. 62-69, 2000
Komentar
Posting Komentar